06 Oktober 2009

BERAGAM TUJUAN DALAM MENIMBA ILMU

Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:
"Janganlah kalian mempelajari ilmu karena tiga hal: (1) dalam rangka debat kusir dengan orang-orang bodoh, (2) untuk mendebat para ulama, atau (3) memalingkan wajah-wajah manusia ke arah kalian. Carilah apa yang ada di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan ucapan dan perbuatan kalian. Karena, sesungguhnya itulah yang kekal abadi, sedangkan yang selain itu akan hilang dan pergi."
(Jami'ul 'Ulum wal Hikam, 1/45)

Ishaq ibnu Ath-Thiba' rahimahullah berkata:
Aku mendengar Hammad bin Salamah rahimahullah berkata: "Barangsiapa mencari (ilmu, -pen.) hadits untuk selain Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka Allah Subhanahu wa Ta'ala akan membuat makar atasnya."

Waki' rahimahullah berkata:
"Tidaklah kita hidup melainkan dalam suatu tutupan. Andaikata tutupan tersebut disingkap, niscaya akan memperlihatkan suatu perkara yang besar, yakni kejujuran niat."

Al-Hafidz Adz-Dzahabi rahimahullah berkata:
"Menuntut ilmu yang merupakan perkara yang wajib dan sunnah yang sangat ditekankan, namun terkadang menjadi sesuatu yang tercela pada sebagian orang. Seperti halnya seseorang menimba ilmu agar dapat berjalan bersama (disetarakan, pen.) dengan para ulama, atau supaya dapat mendebat kusir orang-orang yang bodoh, atau untuk memalingkan mata manusia ke arahnya, atau supaya diagungkan dan dikedepankan, atau dalam rangka meraih dunia, harta, kedudukan dan jabatan yang tinggi. Ini semua merupakan salah satu dari tiga golongan manusia yang api neraka dinyalakan (sebagai balasan, -pen) bagi mereka."*
(An-Nubadz fi Adabi Thalabil 'Ilmi, hal. 10-11)

* HR. Muslim no. 1907 dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu.


Sumber: Majalah Asy Syari'ah, no.33/III/1428 H/2007, rubrik Permata Salaf.