01 Oktober 2009

I M A N

Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata kepada sahabatnya: "Marilah kita menambah iman!"
Lalu mereka berdzikir kepada Allah.

Hubaih bin Hamasah radhiyallahu 'anhu berkata:
"Sesungguhnya iman bertambah dan berkurang."
Ia ditanya: "Apakah tanda bertambah dan berkurangnya?"
Ia menjawab: "Jika kita mengingat dan takut kepada Allah, maka itu tanda tambahnya keimanan. Dan jika kita lalai, lupa, dan menyia-nyiakan waktu, itu pertanda berkurangnya iman."

Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu berkata:
"Semua keyakinan yang benar adalah keimanan." (Maksudnya keyakinan yang mendorong amal shalih).

Mu'adz bin Jabal radhiyallahu 'anhu berkata:
"Marilah duduk bersamaku untuk beriman (berdzikir) sesaat."

Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata:
"Aku mencari jannah (surga) dengan keyakinan, dan lari dari neraka dengan keyakinan." (Maksudnya dengan iman).

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah menulis surat kepada 'Adi bin 'Adi:
"Sesungguhnya iman mempunyai kewajiban-kewajiban, syariat-syariat, hukum-hukum, dan sunnah-sunnahnya. Barangsiapa menyempurnakan perkara-perkara tersebut, maka ia telah menyempurnakan keimanannya. Dan barangsiapa tidak menyempurnakannya, berarti ia belum menyempurnakan keimanannya. Jika aku masih diberi umur panjang, aku akan menjelaskan masalah ini kepadamu hingga kamu melaksanakannya. Jika aku mati, maka aku memang tidak bersemangat untuk bersama kalian."

Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah berkata:
"Bila keimanan bersemi dalam hati sesuai dengan tuntunan syariat, niscaya hati rindu terbang ke jannah dan takut dari siksa neraka."

Luqman berkata:
"Amal tidak mampu tegak kecuali dengan iman. Barangsiapa lemah keimanannya, maka lemah amalnya."

Abdullah bin Ukaim rahimahullah berkata:
"Aku mendengar Abdullah bin Mas'ud berdoa: 'Ya Allah tambahlah keimanan, keyakinan, dan pemahamanku."

(Dari Fathul Bari karya Ibnu Rajab Al-Hanbali, Maktabah Sahab)


Sumber: Majalah Asy Syari'ah, no. 05/I/Dzulqa'dah 1424 H/Februari 2004, rubrik Permata Salaf.